10 Agustus 2009

Antara Jihad dan Sahid, Long Road to Heaven

Satu lagi tokoh teroris tewas, Noordin M. Top, petinggi organisasi Islam radikal dan most wanted nomor 1 di Indonesia. Dari sini kita gunakan tokoh antagonis aja ya, soalnya menurut gw kata teroris kurang tepat digunakan, terlalu mendiskreditkan. Keinginan agar syariat Islam diterapkan di Indonesia membuat mereka melakukan berbagai pengeboman. Organisasinya sendiri diduga sempalan dari JI yang ingin syariat Islam ditegakkan di seluruh Asia Tenggara, namun pada dasarnya cara dan pemahaman mereka akan apa itu jihad adalah sama.



Sebenarnya apa sih jihad itu?

Jihad adalah berjuang dengan niat sungguh-sungguh menurut syariat Islam demi tegaknya Din. Konteks jihad sendiri saat ini lebih diidentikan banyak orang dengan perang secara fisik, padahal jihad adalah segala hal yang dilakukan agar Islam tetap tegak, termasuk menjaga sikap diri kita sendiri adalah termasuk jihad. Kalau kita tilik cara perjuangan tokoh-tokoh antagonis saat ini, mereka tidak lebih dari orang yang tersesat dan salah jalan. Perang yang mengatasnamakan Islam tapi tidak sesuai sunnah rasul tidak bisa disebut jihad. Tindakan pengeboman mereka tidak lebih dari tindakan pengecut dan bodoh, termasuk tindakan Osama bin Laden yang mengebom WTC, meskipun menurut gw keren, but that was so low, berapa banyak wanita dan anak-anak yang mati saat itu. Pada jaman Rasulullah, para mujahidin benar-benar menjaga etika perang. Mereka mengirimkan pesan kepada musuh sebelum perang; tidak membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua; tidak mengganggu orang yang beribadah, dan banyak lagi etika-etika lainnya dan menurut gw hal itu masih relevan diterapkan saat ini. Tapi apa yang dilakukan tokoh-tokoh antagonis saat ini, meledakkan bom di mana-mana, meskipun dalam konteks mereka tempat yang diledakkan adalah kepunyaan orang kafir, tapi bukankah mereka termasuk kafir dzimmi, dilindungi oleh negara, tidak boleh diperangi, harta dan keselamatan merekapun dijamin. Bukankah Islam adalah agama damai. Alih-alih menimbulkan kesan tersebut, mereka malah mencoreng wajah Islam saat ini.

Sahid, itulah kata-kata yang selalu diucapkan para tokoh-tokoh antagonis. Mereka berpikir bahwa dengan meledakkan diri, mereka akan dibukakan pintu surga lebar-lebar, heh, don’t make me laugh. Dalam Al Qu’ran dengan jelas dikatakan,

“ Dan janganlah kalian membunuh diri kalian , sesungguhnya Allah Maha Menyayangi kalian.” ( QS 4 : 29)
Lalu ada juga sebuah hadist,

“ Barangsiapa yang bunuh diri dengan menggunakan suatu alat/ cara di dunia, maka ia akan disiksa dengan cara itu pada hari kiamat.” ( HR Bukhari Muslim).

Sebenarnya siapa sih panutan mereka, Qu’ran dan sunnah kah? Ataukah bualan pemimpin mereka yang memerintahkan mereka mati konyol? Sahid menurut gw adalah reward dari sebuah perjuangan, jadi essensi dari sahid sendiri adalah didapatkan dan bukan dicari. Tapi apa yang dilakukan tokoh-tokoh antagonis kita, mereka mencari mati, kemana-mana memakai rompi dengan bom, menjadi public enemy. Apakah ada dari mujahidin yang bertujuan mati saat berjihad? Kalau semua bertujuan mati saat berjihad siapakah yang akan berjuang untuk memperoleh kemenangan, setidaknya mereka berjuang untuk hidup, dan kalau mereka matipun maka alhamdulillah, surga mereka dapatkan. Setidaknya pilihlah cara mati yang lebih ksatria dan keren, tidak mati karena bom sendiri dan tubuh hancur berantakan. That’s so cupu & absolutely ngga’ keren. Gw tahu mereka adalah kumpulan manusia-manusia pintar, kita liat aja Doktor Azahari, penyandang gelar PHd, Noordin M. Top,si perekrut anggota-anggota baru, pastilah sosok yang berkharismatik dan ahli dakwah, butuh waktu lama untuk dat 88 menemukan mereka, tapi apa? Mereka berakhir ditembus peluru, sungguh sangat disayangkan, padahal banyak hal yang dapat mereka lakukan demi agama Islam.

Sebenarnya apa sih motif mereka melakuan hal ini?

Keinginan agar syariat Islam diterapkan di Indonesia kah? Tapi menurut gw lebih kepada ketidakpuasan akan pemerintahan. Departemen Agama sendiri saat ini kredibilitasnya meragukan, meskipun gw tahu mengatur 200 juta umat Islam bukanlah hal yang mudah. Fungsi Departemen Agama sendiri saat ini lebih banyak digantikan oleh organisasi-organisasi Islam. Contoh simple aja, berapa banyak fatwa mengenai jatuhnya awal puasa dan lebaran. Tidak seperti kebanyakan negara-negara di jazirah arab, di sana ditunjuk seorang mufti yang akan mengeluarkan fatwa dan hebatnya seluruh umat mengikuti, coba di Indonesia seperti itu. Gw ngga’ mengatakan bahwa fatwa-fatwa di sini salah, itu semua benar, karena mereka mempunyai dasar akan fatwa-fatwa mereka, kalau gw sih menganggap itu sebagai kedinamisan Islam saja. Tapi meskipun begitu, apa sih yang MUI selama ini lakukan? Alih-alih mengeluarkan fatwa yang diikuti banyak orang, fatwa-fatwa mereka banyak dihina orang, berapa orang sih yang bener-bener mematuhi fatwa merokok, juga fatwa tentang Ahmadiyah yang berlarut-larut, hal ini menunjukkan bahwa kredibilitas mereka bener-bener diragukan. Menurut gw daripada mereka berdebat-debat dan mengeluarkan fatwa ngga penting, lebih baik MUI lebih banyak melakukan dakwah dan penyuluhan-penyuluhan. Gw kira hal tersebut lebih berguna buat mencegah adanya tokoh-tokoh antagonis baru dan juga banyaknya penistaan agama. Sebenernya hukum di Indonesia ini ngga’ salah kok, cuma pelaksanaannya aja yang ngga bener, di sinilah seharusnya MUI masuk, meskipun kita juga harus berpartisipasi. Kalaupun syariat Islam bener-bener diterapkan di Indonesia, berapa banyak gerakan separatis yang akan muncul dari saudara-saudara kita di bagian timur Indonesia yang mayoritas nasrani.

Tapi tetap cara paling ampuh dalam mencegah munculnya tokoh-tokoh antagonis baru adalah instropeksi diri kita sendiri. Kita mulai jihad dari diri kita sendiri. Bagi saudara-saudara gw yang salah jalan, kalian belum tersesat terlalu jauh, yang perlu kalian lakukan hanyalah sedikit belok ke kiri. Masih banyak ladang jihad selain dengan cara anarkis, bukankah Islam adalah rahmatan lil alamin, sebarkanlah Islam dalam damai seperti cara Rasulullah. Membunuh orang bukanlah hal yang mudah, apalagi membunuh diri sendiri. So just back to Qu’ran & Assunnah.

Kamar Gelap, 9 Agustus 2009

PS : perasaan gw terlalu banyak mengunakan kata bodoh dah, ini bukan berarti gw pinter lho, watashi no baka moo, makanya gw belajar, tapi ini kan blog gw jadi hak gw dhonk mau pake kata apa, yang ngga’ setuju ke laut aja dah, hehehehe,. (so song-ongs)
Berita terakhir mengatakan ternyata yang meninggal di temanggung bukan Noordin M. Top, tapi Ibrohim, ya sudahlah, met nyari Om Noordin lagi deh Dat 88, ganbatte ne!

1 komentar:

fitri1404 mengatakan...

wis tak ganti link blog mu.