03 September 2010

Sang Penggunjing


Posting berikut ini diilhami keprihatinan gw terhadap temen gw yang suka “lay her/ his finger” dan ngomongin masalah hidup orang lain. Dulu sama anak-anak dia dapat julukan Miss/ Mister Wanna Know, gara-gara kepiawaiannya nyari info tentang masalah-masalah orang lain, biasanya dia akan bilang, “ Kasih tau aku, kasih tau aku.” Dan gw pun masih ingat ekspresinya, bagaimana dia merasa puas banget, setelah tahu masalah orang lain tadi, jujur, gw muak liat ekspresi itu.

Yap, mari kita mulai dengan basa-basi, pada dasarnya manusia itu butuh untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya . dan terdapat sekian banyak cara manusia berkomunikasi, salah satunya adalah berbincang-bincang alias ngobrol alias ngrumpi. Kegiatan ngrumpi ini lebih didominasi oleh kaum berkromosom XX daripada XY, meskipun gw ngga’ bisa menggeneralisasikan bahwa semua cewe suka ngrumpi dan ngga’ semua cowo suka ngrumpi, tapi “ya, sebagian besar cewe lebih suka ngrumpi daripada cowo.” Bahan-bahan obrolan pun bermacam-macam, dan dari sekian banyak bahan obrolan yang sangat menggangu menurut gw adalah saat bahan obrolan itu kehidupan orang lain, apalagi kalau yang diperbincangkan adalah kehidupan kita. Yang lebih memprihatinkan lagi kegiatan ngga’ guna ini juga didukung dengan banyaknya tayangan infotainment di TV dan bahkan ada yang sampai 3 kali sehari, udah kaya jadwal makan aja.

Orang-orang yang suka ngomongin hidup orang lain ini (yang untuk selanjutnya kita sebut penggunjing) biasanya suka mencari-cari info tentang orang lain, mereka mengamati, menyoroti kehidupan orang lain. Saat sesuatu hal terjadi pada orang tersebut, seperti mendapatkan durian runtuh, mereka akan bersorak gembira mendapat bahan obrolan murahan untuk diperbincangkan, such a wasting time. It’s OK kalau yang mereka perbincangkan adalah hal-hal baik yang terjadi tentang seseorang, but in fact mereka lebih senang dan hanya membicarakan keburukan orang lain. Padahal manusia kan ngga’ mungkin lepas dari yang namanya kesalahan, kesalahan selalu mengiringi hidup manusia, untuk itulah mereka belajar untuk menjadi benar. Tapi para penggunjing ini berfikir seolah-olah hidup merekalah yang paling sempurna, tanpa cacat, hidup obyek pembicaraan mereka sebegitu hinanya di mata mereka, padahal hidup mereka tak lebih hina daripada obyek yang mereka bicarakan.

Kebiasaan menggunjing ini membutakan kepekaan hati mereka terhadap kebenaran. Karena hal yang mereka cari adalah keburukan, kebaikan seseorang di mata mereka sungguh tidak berarti dan bahkan kesalahan kecil bagi mereka bisa menjadi sesuatu keburukan yang fantastis. Saat mereka mendapatkan suatu berita tentang keburukan orang lain, tanpa melakukan cek dan ricek, mereka akan langsung menganggap keburukan orang lain adalah fakta yang patut disebarluaskan. Ya kalau berita itu benar, kalau ngga’, berbuat fitnahlah mereka, dan sesungguhnya fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan lagi jika hal buruk tersebut menyangkut “temen ngrumpinya”, mereka akan begitu meresapinya, seolah-olah bener-bener ikut mengalaminya. Kalo temen ngrumpinya benci ama seseorang, dia juga ikut benci, aneh memang, tapi ini nyata. Kalo gw sih, buat apa menodai hati kita dengan rasa benci, lagian itu ngga’ ada hubungannya ama kita, toh dunia ngga’ akan berubah dengan kita ikut-ikutan membenci seseorang, yang ada cuman hati kita jadi busuk karena dijejali dengan rasa benci, what a pity! Dan yang bikin makin dongkol adalah, mereka masih bisa pasang wajah manis di depan orang yang mereka benci, bahkan cameo ataupun artis sinetron paling jago pun kalah kemampuan “kamuflase”nya dibanding para penggunjing ini.

Selain itu, dalam agama pun, kegiatan gunjing-menggunjing sungguh dilaknat dan disamakan dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 12, Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”. Dalam hadist juga, Dari Anas radhiyallahu ‘anh, Beliau berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Pada saat di mi’rojkan saya melewati satu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka. Maka saya bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang makan daging manusia (berbuat ghibah) dan mencela kehormatan orang lain” (HR.Abu Dawud).

Sebagai penutup, posting ini dibuat bukan dengan maksud menyindir, memojokkan atau mengolok-olok seseorang, namun agar kalian yang masih suka membicarakan ataupun ikut campur dalam hidup orang lain ataupun yang tidak agar menjauhi hal-hal ngga’ penting ini. Tengoklah diri kita terlebih dahulu, masih banyak kekurangannya bukan. Dan juga, orang lain hidup dengan cara mereka sendiri, hidup dengan pilihan mereka sendiri, selama mereka tidak menyimpang sah-sah saja bukan. Lagian kita juga pasti merasa risi kalau ada orang yang ikut campur ataupun menjadikan hidup kita sebagai obyek pembicaraan mereka. Mungkin kita bakal bilang, “ Ini kan hidup-hidup gw, terserah gw mau ngapain, gw mau tidur sambil kayang ya terserah gw, gw mau makan sambil ngupil juga terserah gw, so what’s the matter with you?”.

24 Ramadhan 1431 H, Kamar Sebelah Garasi.

NB : Judulnya terinspirasi oleh banyaknya buku-buku baru yang judulnya dimulai dengan kata " Sang".

2 komentar:

asop mengatakan...

Menyebalkan sekali ya, para penggunjing itu.. :(

wisnu mengatakan...

yap, kadang2 pengen nampol, cuman ya all we can do is just forgive them let them do anything they want and show them that we're better than them, so they can't say bad thing about us,
thank for reading, :)